Kamis, 03 November 2016

  • Karakteristik Umat Islam

    Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman: Artinya: “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu melihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya. Pada wajah mereka tampak tanda-tanda bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka (yang diungkapkan0 dalam Taurat dan Injil, yaitu seerti benih yang mengeluarkan tunasnya kemudian tunas itu semakin kuat, lalu menjadi besar dan tegak di atas batangnya; tanaman itu menyenangkan penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir. Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al-Fath : 29)

    Melalui ayat ini Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyatakan bahwa Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam adalah benar-benar utusan Allah. Pernyataain ini mencakup semua sifat baik yang terdapt pada pribadi Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam.

    Selanjutnya Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyatakan karakter orang mukmin yang mengikuti beliau adalah sebagai berikut:

    Pertama, Keras terhadap orang kafir.
    Kata “kuffar” sebagai salah satu bentuk jama’ kata “kafir” memberi kesan kemantapan dan berulang-ulangnya kekufuran sehingga melebihi sikap kafirin. Sikap keras berarti bukan menganiyaya, menyakiti dan memerangi mereka. Sikap keras dapat tercermin dalam sikap tidak kompromi apabila mengakibatkan terabaikannya prinsip agama. Dngan demikian sikap keras terhadap orang kafir tidak ditujukan kepada semua orang kafir tetapi hanya terhadap orang kafir yang memusuhi kaum muslimin.

    Terhadap orang kafir yang tidak memusuhi kaum muslimin, seluruh kaum muslimin tidak dilarang berbuat baik kepada mereka, sebagaimana firman Allah Subahanahu Wa Ta’ala:

    “Allah tidak melarang kalian untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak mengusirmu dari negerimu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Mumtahanah: 8)

    Terhadap orang kafir yang memerangi orang yang beriman dan mengusir mereka inilah sikap keras harus ditampakkan, sebagaimana firman Allah:

    “Hai orang-orang beriman, perangilah orang-orang kafir yang disekitarmu dan hendaklah mereka merasakan sikap keras darimu dan ketahuilah bahwa allah bersama orang bertakwa.” (QS. At-Taubah: 123)

    Kedua, Berkasih sayang sesama muslim
    Allah Subahanahu Wa Ta’ala menyatakan bahwa mereka adalah “berkasih sayang sesama mereka”. Pada ayat lain disebutkan:

    “...bersikap lemah lembut kepada orang mukmin dan keras kepada orang kafir...” (QS. Al-Maidah: 54)

    Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda; “Orang mukmin itu laksana satu bangunan yang sebagian menguatkan yang lain. Lalu beliu mempertautkan jari-jari tangannya.” (HR. Bukhari)

    Inilah sikap orang yang mengikuti Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam, mereka bersatu, saling menguatkan, saling mencintai, ringan sama dijinjing berat sama di pikul, tidak saling menghina dan tidak mengecewakan.

    Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda; “Cukup kejahatan seseorang dengan menghina saudaranya sesama muslim.” (HR. Muslim)

    Ketiga, Ruku’ dan Sujud mencari karunia Allah
    Kata “rukkaan” dan “Sujjadan” adalah “shighoh mubhalaghah” artinya bentuk “penyangatan” dari “raaki” dan “saajid”. Jadi orang yang mengikuti beliau adalah orang yang banyak melakukan ruku’, sujud, dan shalat dengan khusyu’, tidak ada yang mereka harapkan kecuali karunia dan ridho Allah Subhanahu wa Ta’ala.

    Dalam suatu hadits disebutkan keutamaan banyak sujud artinya banyak melaksanakan shalat, sebagaimana berikut, “Dari Rabi’ah bin Malik Al-Aslami Ra. Berkata, “Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, “Mintalah”. Aku berkata, “Aku minta kepada engkau untuk dapat berdampingan dengan engkau di surga.” Beliau bersabda, “Ada selain itu?” Saya menjawab, “Itu saja”. Beliau bersabda, “Bantulah saya untuk mendoakan dirimu dengan memperbanyak sujud.” (HR. Muslim)

    Menurut Ibnu Katsir memperbanyak shalat berarti juga memperbanyak amal karena shalat adalah sebaik-baik amal. Seseorang yang banyak shalatnya maka banyak amalnya. Dalam beramal mereka tidak mencari popularitas atau tujuan duniawi tetapi semata-mata mencari ridho Allah Subahanhu wa Ta’ala. Inilah puncak tujuan hidup mereka.

    Keempat, Pada wajah mereka tampak bekas sujud
    Wajah mereka bersinar yang memancarkan kejernihan hati. Umar bin khattab ra. Berkata, “Barangsiapa yang jernih batinya, Allah memperbaiki penampilan lahirnya.”

    Imam As Su’di berkata, “Shalat itu mebuat wajah mereka cerah.”

    Ulama yang lain berkata, “sesungguhnya amal yang baik itu menimbulkan cahaya dalam hati, sinar pada wajah, kelausan rezeki dan rasa cinta di hati sesama manusia.”

    Menurut ibnu Abbas ra. Yang dimaksud dengan “tanda mereka” adalah prilaku baik. Sedang Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud dengan “tanda mereka” adalah kekhusyukan.

    Jadi bekas sujud ini tidak ada hubungannya dengan bekas hitam pada dahi sebagian orang karena sujud. Dari Salim Abu Nadhr diriwayatkan, ada seseorang yang datang menemui Abdullah bin Umar ra, lalu Ibnu Umar ra bertanya, “Siapakah anda?” “Aku adalah anak asuhmu,” jawab orang tersebut. Ibnu Umar ra, melihat bekas sujud berwarna hitam di antara kedua matanya. Beliau berkata kepadanya, “Bekas apa yang ada di antara kedua matamu?” “Sungguh aku telah lama bersahabat dengan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, Abu Bakar, Umar dan Utsman. Apakah kau liaht ada bekas tersebut pada dahiku?” (HR. Baihaqi).

    Kelima, Terus mengalami perkembangan
    Orang-orang bersama Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam pada mulanya berjumlah sedikit kemudian bertambah banyak dan kuat. Perkembangan umat Islam ini telah di gambarkan dalam Kita Taurat dan Kitab Injil bahwa umat Islam awalnya hanya tumbuh seperti tunas keci saja. Namun tunas ini tumbuh dengan subur, kian lama kian besar dan teguh di atas rumpunya, sukar dicabut dan dimatikan. Sampai orang yang menanam sendiri pun tercengang melihat pertumbuhan dan perkembagnan yang sangat cepat itu, sebab dia tidak menyangka akan secepat itu.

    Penggambaran perkembangan pengikut Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam dengan pohon mengandung beberapa fenomena penting antara lain:

    A. Perkembangan umat Islam bukan sebuah kebetulan tetapi berdasar pada kekuasaan dan perencanaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, sebagai “penanamnya”. Adapun usaha yang dilakukan oleh manusia tidak lain hanyalah merupakan syariat yang mendorong terjadinya perkembangan tersebut.

    B. Apabila umat Islam mengikuti tuntunan Allah dan Rasul-Nya maka akan kuat bagaikan sebuah pohon yang asalnya kecil kemudian menjadi besar dan tegak di atas batangnya sehingga sulid dicabut dan ditebang oleh orang yang tidak menyenanginya.

    C. Perkembangan umat Islam akan mengayomi dan memberi manfaat kepada siapa saja. Bagaikan pohon rindang yang akan memberi keteduhan bagi siapa saja yang bernaung di bawahnya. Apabila pohon tersebut berbuah maka buahnya juga akan dinikmati oleh siapa saja yang memetiknya.

    Perkembagan umat Islam ini akan membuat murka orang kafir. Tetapi orang kafir tidak akan dapat menghentikan perkembangan umat Islam selama muslimin konsisten dengan tuntunan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, sebagaimana firman-Nya.

    “Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya.” (QS. Ash-Shaff:8)

    Akhirnya pada ujung ayat ini QS. Al-Fath: 29, Allah Subahanahu Wa Ta’ala menyatakan bahwa ia berjanji kepada orang yang beriman dan beramal shalih untuk memberi ampunan dan pahala yang besar.

    Sebagaian ahli tafsir menyatakan bahwa karakter di atas hanya ada pada sahabat yang hidup bersama beliau. Tetapi jumhur ahli tafsir menyatakan bahwa sikap di atas terdapat pada semua umat Islam yang mengikuti langkah para sahabat beliau.

    Semoga kita semua termasuk umatnya yang senantiasa mengikuti langkah beliau dan para sahabatnya, yang selalu hidup terpimpin, bersatu dalam Al-Jama’ah dan tidak senang dengan hidup bergolong-golongan. Selalu menebarkan kasih sayang sesama muslim, tidak melecehkannya dan keras terhadap orang-orang kuffar.

    Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasalam bersabda, “(Al-Jamaah) ialah siapa yang seperti aku hari ini dan para sahabatku”. (HR. Turmizi)

    Waallahu ‘Alam Bish ShowabNasehat Imamul Musimin, Yakhsyallah Mansur

  • 0 komentar:

    Posting Komentar

    Copyright @ 2013 Buletin Jum'at Ar-Risalah.

    Designed by Templateism