Jumat, 01 November 2013

  • Ummat Pilihan

    Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman yang artinya, “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS. Ali Imaran : 110)

    Imam Ahmad meriwayatkan dari Durrah binti Abu Lahab, ia berkata, “Seseorang  berdiri dan menuju Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasalam ketika beliau sedang berada di atas mimbar, lalu bertanya, ‘Ya Rasulullah, siapakah manusia yang paling baik?

    Beliau bersabda, “Manusia yang paling baik ialah yang paling bertaqwa, paling giat menyuruh kepada yang ma`ruf, paling gencar melarang kemunkaran, dan paling rajin bersilaturahim.”

    Menurut Imam Qurthubi dan Imam Ibnu Katsir, predikat tersebut sama dengan predikat “ummatan wasathan” yang Allah sebut dalam firman-Nya:

    Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.” (Al-Baqarah 143)
    Dari ayat dan hadist di atas sangatlah jelas bagi kita bahwa kunci menjadi umat terbaik adalah menyeru kepada kebaikan, mencegah kemunkaran, dan memperkuat ikatan persaudaraan sesama Muslim, yang semua itu dilakukan atas dasar keimanan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sehingga dengan amalan inilah Islam telah mengeluarkan umat ini dari penyembahan kepada hamba sahaya menuju penyembahan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang satu. Mengeluarkan manusia dari kedzaliman berbagai agama kepada keadilan Islam. Membebaskan manusia dari sempitnya dunia menuju luasnya dunia dan akhirat.

    Siapa Umat Terbaik?

    Menyeru kepada kebaikan adalah amalan yang sangat penting bagi setiap muslim karena itu adalah amalan pembeda antara seorang mu'min dengan orang munafik, sebagaimana Imam Qurtubi mengatakan:

    “Maka Allah jadikan amar ma’ruf nahi munkar sebagai pembeda antara orang-orang yang beriman dan orang-orang yang munafik, hal itu menunjukkan bahwa sifat yang paling khusus bagi seorang mu’min adalah amar ma’ruf nahi munkar dan puncaknya adalah mengajak kepada Islam dan berjihad demi menegakkannya”.

    Inilah amalan yang Allah berikan pahala besar bagi orang yang melakukannya, sehingga Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Salam, bersabda:

    Wahai Ali, sesungguhnya Allah Subhana Wa Ta’ala menunjuki seseorang dengan usaha kedua tanganmu, maka itu lebih bagimu dari tempat manapun yang matahari terbit di atasnya (lebih baik dari dunia dan isinya). (HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrak).

    Inilah kunci yang harus kita miliki untuk menjadi umat terbaik di muka bumi atau untuk mengembalikan kebaikan-kebaikan atau kejayaan yang telah diraih oleh generasi pendahulu kita yang telah menerangi dunia dengan sinar keimanan dan keadilan selama 14 abad yang silam, sehingga menjadi rahmat bagi seluruh alam.

    Berkaitan dengan kondisi umat yang terpuruk sekarang ini, ada yang bertanya apakah predikat tersebut hanya untuk kaum muslimin terdahulu, yakni di masa shahabat, ataukah berlaku hingga hari kiamat?

    Menurut Ibnu Abbas r.a., sebagaimana dikutip Imam Al-Qurthubi, kelompok orang yang berpredikat umat terbaik yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah orang-orang yang berhijrah dari Mekkah ke Madinah, yang ikut dalam perang Badar, dan ikut dalam perjanjian Hudaibiyah. Namun, Umar bin Khaththab mengatakan bahwa siapa saja yang beramal seperti mereka, maka akan sama kedudukannya seperti mereka yang diikuti.

    Imam Az-Zamakhsyari dalam tafsirnya Al-Kasysyaf Juz I/392 menyebut dikatakan bahwa dalam ilmu Allah kalian adalah umat terbaik. Juga, kata beliau, bisa diartikan bahwa kalian disebut-sebut di kalangan umat-umat terdahulu sebagai khairu ummah. Tidak perlu dipertentangkan apakah yang terbaik di antara umat Islam ini, yang awal ataukah yang akhir, Imam Al Qurthubi dalam tafsirnya mengutip sebuah riwayat hadits bahwasanya Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Salam bersabda:

    Umatku bagaikan hujan, tak diketahui, yang lebih baik itu yang pertama ataukah yang terakhir” (HR. Abu Dawud At Thayalisi dan Abu Isa At Tirmidy).

    Lafazh  ukhrijat linnas merupakan sifat dari khairu ummah, yang artinya ditampilkan atau dimenangkan atas manusia. Ini menunjukkan bahwa kaum muslimin bukan dibangkitkan untuk umat Islam semata, melainkan untuk seluruh umat manusia. Sebagaimana Rasulullah saw diutus untuk seluruh umat manusia, kaum muslimin pun mengikuti perjuangan beliau saw, yakni mengemban risalah Islam ke seluruh umat manusia.

    Menyambung Silaturrahim

    Sedangkan, kunci selanjutnya untuk menjadi Ummat yang terbaik adalah senantiasa menyambung silaturahim untuk menjaga Ukhwah Islamiah diantara sesama, sebagaaimana Rasulullah bersabda:

    "Maukah kalian aku tunjukkan amal yang lebih besar pahalanya daripada shalat dan shaum?" tanya Rasul pada para sahabat. "Tentu saja," jawab mereka. Beliau kemudian menjelaskan, "Engkau damaikan yang bertengkar, menyambungkan persaudaraan yang terputus, mempertemukan kembali saudara-saudara yang terpisah, menjembatani berbagai kelompok dalam Islam, dan mengukuhkan tali persaudaraan di antara mereka adalah amal saleh yang besar pahalanya. Barangsiapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan diluaskan rezekinya, hendaklah ia menyambungkan tali silaturahmi" (HR. Bukhari Muslim).

    Silaturahim adalah sarana utama dalam memperkuat ukhwah Islamiah, sehingga kenapa ummat Islam di ibaratkan laksana bangunan yang kokoh atau ibarat satu tubuh? Karena dengan seperti inilah akan munculnya rasa saling menghormati, mengasihi, empati dan saling menolong, sehingga dengannya akan melahirkan keuatan ummat yang super dahsyat yang tidak bisa dihancurkan oleh kekuatan senjata sekalipun.

    Sekarang telah jelas bahwa mengapa kaum muslimin disebut Allah Subhana Wa Ta’ala sebagai khoarul ummah (umat terbaik) dan  wasatlan ummatan (umat yang adil dan pilihan), yakni lantaran umat ini beriman kepada Allah SWT yang telah menurunkan syariat Islam yang paripurna (QS. Al-Maidah: 3) kepada rasul-Nya Muhammad saw, serta senantiasa menegakkan pelaksanaan syariat Islam yang menjadi rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil ‘alamin) dengan aktivitas ”amar ma’ruf nahi munkar”.

    Jika umat ini masih memiliki unsur-unsur kebaikan umat tersebut, maka predikat terbaik dan pilihan tersebut tentu masih lekat pada umat selanjutnya. Sebaliknya jika sifat itu hilang, layaklah predikat itu tak tersandang lagi.

    Wallahu A’lam bis Shawwab.

    H. Andri Lupias Satedy, Lc, MA.
    *Alumni International University of Africa-Khartoum Sudan

  • 0 komentar:

    Posting Komentar

    Copyright @ 2013 Buletin Jum'at Ar-Risalah.

    Designed by Templateism