Rabu, 09 Oktober 2013

  • Amalan di Bulan Dzulhijjah

    Bulan Dzulhijjah merupakan salah satu bulan mulia dalam Islam. Karena di dalamnya terdapat amalan-amalan mulia; shaum Arafah, haji ke Baitullah, ibadah qurban, dan lain sebagainya, yang sebagiannya tidak bisa dipisahkan dari sosok Nabi Ibrahim ‘alaihissalam.

    Sejarah mencatat dua hamba Allah yang taat ini dan diabadikan-Nya dalam firmannya dalam Al-Qur’an surat Ash-Shaffat [37]: 102-109,
    فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَىٰ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
    “Maka tatkala anak (Isma’il) itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim ‘alaihissalam, Ibrahim ‘alaihissalam berkata: ”Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: ”Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.
    فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ () وَنَادَيْنَاهُ أَن يَا إِبْرَاهِيمُ () قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ () إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ () وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
    Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim ‘alaihissalam membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ). Dan Kami panggillah dia: ”Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik”. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS ash-Shaffat [37]:103-107)

    Pada ayat ini mengambarkan ketaatan dan keikhlasan Nabi Ibrahim as., Dan putranya Ismail dalam menjalankan perintah Rabbnya. Tak ada keraguan sedikit pun dalam hatinya untuk menjalankan perintah Allah walau dirasa berat. Dan hendaknya hal ini menjadi pelajaran bagi tiap muslim dalam menghadapi semua perintah Allah Subahanahu Wa Ta’ala, termasuk menyembelih hewan qurban dan amalan lainnya di bulan Dzulhijjah ini.

    Di antara amalan mulia tersebut adalah:

    a) Banyak Berdzikir
    Pada sepuluh hari yang pertama bulan Dzulhijjah, kita disyariatkan untuk banyak berdzikir kepada Allah sebagaimana firman-Nya,
    وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَّعْلُومَاتٍ 
    “...Dan supaya mereka berdzikir menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan.” (QS. Al-Hajj [22]: 28)

    Rasulullah bersabda: “Tidaklah ada hari yang amal shalih di dalamnya lebih dicintai oleh Allah dari hari-hari tersebut (yaitu sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah).” Para sahabat pun bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah jihad di jalan Allah tidak lebih utama?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Tidaklah jihad lebih utama (dari beramal di hari-hari tersebut), kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan keduanya (karena mati syahid).” (HR. Al-Bukhari)

    b) Puasa Arafah
    Allah Subahanahu Wa Ta’ala berfirman:
    لِّيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَّعْلُومَاتٍ عَلَىٰ مَا رَزَقَهُم مِّن بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْبَائِسَ الْفَقِيرَ
    Supaya mereka menyaksikan berbagai manfa’at bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi fakir.” (QS. Al-Hajj [22]: 28)

    Diterangkan dalam tafsirnya, bahwa hari-hari yang ditentukan pada ayat 28 surat Al-Hajj di atas adalah  hari raya haji dan hari tasyriq, yaitu tanggal 10, 11, 12 dan 13 Dzulhijjah. Ini adalah karunia Allah Ta’ala bagi orang yang belum mampu menjalankan ibadah haji untuk mendapatkan keutamaan yang besar pula, yaitu beramal shalih pada sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah.

    Termasuk amal ibadah yang disyariatkan untuk dikerjakan pada hari-hari tersebut –kecuali hari yang kesepuluh (Idul Adha)– adalah puasa. Apalagi ketika menjumpai hari Arafah, yaitu hari kesembilan di bulan Dzulhijjah, sangat ditekankan bagi kaum muslimin untuk berpuasa yang dikenal dengan istilah puasa Arafah, kecuali bagi jamaah haji yang sedang wukuf di Arafah. Hal ini sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika ditanya tentang puasa hari Arafah, beliau menjawab: “(Puasa Arafah) menghapus dosa-dosa setahun yang lalu dan yang akan datang.” (HR. Muslim)

    Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan bahwa hari itu adalah hari pengampunan dosa-dosa dan hari dibebaskannya hamba-hamba yang Allah kehendaki dari api neraka. Sebagaimana dalam sabda beliau “Tidak ada hari yang Allah membebaskan hamba-hamba dari api neraka, lebih banyak daripada di hari Arafah.” (HR. Muslim)

    c) Haji ke Baitullah
    Haji ke Baitullah merupakan ibadah yang sangat mulia dalam agama Islam. Kemuliaannya memposisikannya sebagai salah satu dari lima rukun Islam.

    Agama Islam dibangun di atas lima perkara; bersyahadat bahwasanya tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala dan beliau Muhammad itu utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, shaum di bulan Ramadhan, dan berhaji ke Baitullah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Umar ra.)

    Ibadah haji mempunyai hikmah yang besar, mengandung rahasia yang tinggi serta tujuan yang mulia, dari kebaikan duniawi dan ukhrawi. Sebagaimana yang dikandung firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Untuk menyaksikan segala yang bermanfaat bagi mereka.” (Al-Hajj [22]: 28)

    Di antara hikmah dan pelajaran penting tersebut adalah: Pertama, perwujudan tauhid yang murni dari noda-noda kesyirikan dalam hati sanubari, manakala para jamaah haji bertalbiyah. Kedua, pendidikan hati untuk senantiasa khusyu’, tawadhu’, dan penghambaan diri kepada Rabbul ‘Alamin, ketika melakukan thawaf, wukuf di Arafah, serta amalan haji lainnya.

    Ketiga, pembersihan jiwa untuk senantiasa ikhlas dan bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, ketika menyembelih hewan qurban di hari-hari haji.

    Keempat, kepatuhan dalam menjalankan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya tanpa diiringi rasa berat hati, ketika mencium Hajar Aswad dan mengusap Rukun Yamani.

    Kelima, Dengan pakaian yang sama, berada di tempat yang sama, serta menunaikan amalan yang sama pula (haji), menandakan bahwa umat Islam adalah satu, tidak ada perbedaan yang mengharuskan perpecahan umat. Dengan inipula kehidupan berjamaah dan berimamah harus diupayakan, sebagaimana firman Allah dalam Qur’an surat Ali Imran: 103, “Dan berpegang teguhlah kalian dengan tali Allah seraya berjama’ah dan jangan berpecah belah...”

    d) Menyembelih Hewan Qurban
    Menyembelih hewan qurban pada hari raya Idul Adha (tanggal 10 Dzulhijjah) dan hari-hari tasyriq (tanggal 11,12, 13 Dzulhijjah) merupakan syariat Islam pada bulan Dzulhijjah. Di antara  bukti kemuliaannya adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa melakukannya semenjak berada di kota Madinah hingga wafatnya. Sebagaimana yang diberitakan sahabat Abdullah bin Umar ra.

    Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam selama sepuluh tahun tinggal di kota Madinah senantiasa menyembelih hewan qurban.” (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi,  Tirmidzi  berkata: ‘Hadits ini hasan’)

    Penyembelihan hewan qurban, bila dirunut sejarahnya, juga tidak lepas dari sosok Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dan putra beliau Nabi Ismail ‘alaihissalam. Sebagaimana yang Allah Subhanahu wa Ta’ala beritakan dalam kitab suci Al-Qur`an: (Ash-Shaffat [37]: 102-109) Pada ayat ini mengambarkan ketaatan dan keikhlasan Ibrahim as., Dan putranya Ismail dalam menjalankan perintah Rabbnya. Tak ada keraguan sedikit pun dalam hatinya untuk menjalankan perintah Allah walau dirasa berat.

    Sekali lagi, Ini tentunya harus menjadi teladan mulia bagi kita semua, dalam hal ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala khususnya dalam melaksanakan ibadah-ibadah yang terkait pada bulan Dzulhijjah. (An/berbagai sumber)

    Waallahu a'lamu bishowab.

  • 0 komentar:

    Posting Komentar

    Copyright @ 2013 Buletin Jum'at Ar-Risalah.

    Designed by Templateism