Rabu, 05 Juni 2013

  • Lima Peristiwa Penting di Bulan Rajab


    Bulan Rajab, bulan ke tujuh dari kalender Hijrah, termasuk bulan yang haram seperti Dzul Qa’dah, Dzul Hijjah dan Muharram. Rajab dalam tafsir Ibn Katsir diartikan dengan kemulyaan, keagungan atau kebesaran. Orang–orang jahiliyah menamakan bulan ini dengan bulan keagungan karena itu dilarang dan haram berperang. Setelah diutusnya Nabi Shallallahu ’Alaihi Wa sallam, beliau mengekalkan bulan ini dengan sebutan bulan haram, seperti yang difirmankan Allah: Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan (telah ditetapkan) dalam Kitab Allah sewaktu dia menciptakan landi dan bumi, dan di antaranya, ada empat bulan yang dihormati..”. (QS. Al-Taubah:36)

    Adalah penting buat kita semua untuk mengingatkan sejarah yang terjadi pada bulan Rajab ini, di antaranya :

    1. Hijrah Ke Habasyah.

    Ketika umat Islam berada pada periode Mekah, maka banyak sekali tekanan, hinaan, ejekan, bahkan kepada siksaan badan yang hampir-hampir tidak terkendali.

    Khabbab bin ‘Art, Ammar bin Yasir dan istrinya, serta Bilal bin Rabah, telah mendapat siksaan badan oleh orang kafir Quraisy. Keadaan yang hampir tidak terkendali, demi menyelamatkan iman dan demi untuk mengembangkan da’wah, maka Nabi mengarahkan untuk berhijrah, seraya bersabda yang artinya : ‘’Sesungguhnya di Negeri Habasyah terdapat seorang raja yang tak seorang pun yang dizalimi di sisinya, pergilah ke negerinya, hingga Allah membukakan jalan keluar bagi kalian dan penyelesaian atas peristiwa yang menimpa kalian. (Fathul Bari 7;189)

    Nabi juga pada waktu yang sama mengirim surat untuk disampaikan kepada sang raja (Najasyi).

    Habasyah, merupakan satu tempat yang berada di wilayah Ethophia yang berbangsa sudan, dimana kulitnya ke hitam-hitaman, yang berada jauh dari kota Mekah. Perjalanan yang tidak bisa digambarkan seperti sekarang mereka telah merintasi padang pasir menuju pelabuhan Jeddah untuk menaiki kapal kecil dan membayar dengan mata uang setengah dinar. Para sahabat yang jumlahnya dalam sebagian riwayat 15 orang, sebelas muslimin dan empat muslimat. Di antara mereka adalah Ustman bin Affan dan Rukoyah binti Muhammad Shallallahu ’Alaihi Wa sallam.

    Mereka telah diterima oleh Raja Najasyi dengan hati terbuka untuk melindungi keberadaannya selama di Habasyah.

    Peristiwa itu terjadi pada bulan Rajab tahun ke lima daripada diutusnya kerasulan, merupakan catatan sejarah umat Islam dalam memperjuangakan agama Allah, ada kalanya ketika mendapat tantangan dahsyat yang hampir tidak terkendali, adalah dianjurkan untuk berhijrah.

    Banyak sejarah umat sebelumnya berbuat demikian. Ashabul Kahfi umpamanya, telah diceritakan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam surat al-Kahfi, merupakan golongan pemuda yang menghadapi pemerintah dzalim dan suasana membahayakan terhadap keimana mereka. Maka, mereka telah berhijrah ke satu gua sehingga tertidur di dalamnya hingga sekitar tiga ratus tahun lamanya.

    2. Peristiwa Isra dan Mi’raj

    Pada bulan Rajab juga telah terjadi peristiwa penting bagi sirah atau perjalanan Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wa sallam. Di mana tatkala Rasulullah dilanda duka dengan kematian istri tercinta Khadijah binti Khuwailid yang seluruh harta dan jiwanya dicurahkan sepenuhnya untuk mendukung kegiatan dakwah Rasul dan sang paman Abu Thalib yang selama hidupnya telah menjaga dan memelihara baginda Nabi.

    Walaupun terdapat perselisihan pendapat tentang terjadinya peristiwa Isra dan Mi’raj, tapi para ahli sejarah mencatat bahwa bulan Rajab adalah tanggal yang mendekati kepada kebenaran akan terjadinya peristiwa yang amat menghibur Rasulullah itu.

    Terkait dengan peristiwa tersebut Allah berfirman: Artinya: “Maha suci Allah yang telah menjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam (di Mekah) ke Masjidil Aqsa (di Palestina), yang Kami berkati sekelilingnya, untuk memperlihatkan kepadanya tanda-tanda (kekuasaan dan kebesaran) Kami. Sesungguhnya Allah jualah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al-Isra:1).

    Dengan demikian Isra adalah perjalanan Rasulullah di tengah malam dari Masjid al-Haram ke Masjid al-Aqsa. Sedangkan Mi’raj adalah diangkatnya Rasulullah dari Masjid al-Aqsa ke langit hingga ke Sidratul Muntaha yang merupakan tempat tertinggi. Ada yang berpendapat hanya ruhnya saja, sedangkan yang lain berpendapat ruh dan jasadnya.

    3. Perang Tabuk

    Perang tabuk terjadi pada 19 Rajab 9 H. Tabuk diambil dari satu tempat di Utara Semenanjung Arab dimana Rasulullah mengirim 30 ribu pasukan ke tempat tersebut untuk menghadapi pasukan Romawi. Perang Tabuk merupakan perang terakhir yang terjadi di masa Rasulullah.

    Persiapan pasukan Islam sangat luar biasa dimana segala kekuatan dikerahkan, baik itu kekayaan, tenaga dan pemikirannya. Rasulullah dan para Sahabatnya mempersiapkan segala kekuatan yang ada. Harta kekayaan dihimpun dari bebagai lapisan masyarakat, sehingga di antara mereka ada yang memberikan harta seluruhnya, seperti Abu bakar; ada yang separuhnya, seperti Ustman bin Affan; ada sebagian kecilnya, tergantung kemampuannya.

    Setelah mendengar seruan Rasulullah, maka dari setiap kabilah dan rombongan mempersiapkan diri masing-masing. Tidak mau ketinggalan atas seruan tersebut, bahkan orang yang fakir miskin pun tidak mau ketinggalan. Ada di antara mereka yang datang menghadap Rasulullah, namun menyadari akan keadaan mereka, maka Rasulullah bersaudara yang artinya : “Aku tidak ada sesuatu yang boleh membawa kamu semua”.

    Maka, mereka kembali dari situ dengan muka berlinangan air mata, berdukacita karena tidak dapat turut serta dan ketiadaan sesuatu untuk membiayai peperangan.

    Hal itu karena mereka tidak mampu dari segi keuangan, kendaraan (kuda atau unta) amat terbatas, sedang peserta begitu banyak jumlahnya. Karena itu Allah berfirman:

    Artinya : “Tidak ada padaku kendaraan yang hendak ku berikan untuk membawa kamu, mereka kembali sedang mata mereka mengalirkan airmata yang bercucuran, karena sedih mereka tidak mempunyai sesuatu pun yang hendak mereka belanjakan untuk pergi berjihad pada jalan Allah “. (QS. Al-Taubah:92).

    Melihat persiapan yang begitu rapi oleh pihak Muslimin, maka pasukan Romawi terpecah secara berkelompok-kelompok karena ketakutan akan besarnya jumlah kaum Muslimin, dan ketuanya bernama Ailah Yuhanna (John) mengajak berdamai kepada Rasulullah.

    Maka, Rasul pun menerima ajakannya dengan syarat membayar Jizyah (upeti). Lalu dibuatlah perjanjian antara Rasulullah dan Kaum Muslimin dengan pasukan Romawi. Akhirnya, perang Tabuk tidak terjadi karena umat Islam dianggap menang setelah tentara Romawi menyerah dan berdamai.

    4. Terbukanya Baitul Maqdis

    Umar bin Khatab telah mengukir kegemilangan ketika masa kekhilafahannya walaupun hanya beberapa tahun dalam memegang amanahnya sebagai khalifah akibat terkena fitnah dan dibunuh oleh oknum dari kalangan sahabat sendiri.
    Dengan izin Allah telah Khalifah Umar membuka Baitul Maqdis, kota yang telah sekian lama di kuasai oleh orang Romawi yang didalamnya terdapat Masjid Al-Aqsa, Palestina.
    Bagaimanapun akibat dari perselisihan dan perpecahan umat akhirnya Baitul Maqdis dapat di ambil alih oleh tentara salib. Mereka mengambil kesempatan dari kelemahan umat Islam akibat perpecahan dan persengketaan yang berterusan setelah menguasainya selama 500 tahun.
    Bagaimanapun, tentara Salib tersebut hanya dapat menguasai selama 60 tahun karena atas kepemimpinan Shalahuddin al-Ayubi, umat Islam dapat menguasai kembali pada bulan Rajab 583 H.
    Baitul Maqdis di bawah kepemimpinan Islam itu berlanjut hingga tahun 1948 saat diproklamirkan secara sepihak negara Yahudi ‘Israel’. Pada tahun 1967, Zionis Israel menjajah Baitul Maqdis secara keseluruhan sekaligus Masjid Aqsa hingga hari ini.
    Maka tugas kita adalah berusaha dengan segala kemampuan yang ada untuk mengembalikan Masjid Al-Aqsa tersebut ke pangkuan umat Islam sekaligus membebaskan Palestina, seperti yang telah dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khatab dan Sholahuddin al-Ayubi.

    5. Lahirnya Imaam Syafi’i

    Bagi orang Palestina, khususnya jalur Gaza dan umum bagi umat Islam, sepatutnya bersyukur atas anugerah yang Allah karuniakan dengan lahirnya seorang insan yang amat jenius pemikirannya, yang Allah karuniakan kebaikan atasnya. Bayangkan, dalam umur sembilan tahun beliau sudah hafal al-Qur’an. Pada umurnya yang relatif muda, beliau telah hafal kitab karya gurunya Imam Malik, ‘al-Muwatha’.

    Beliau adalah Muhammad Bin Idris Bin Abbas Bin Uthman bin Syafie Bin Saib Bin Abdu Yazid Bin Hasyim Bin Abdul Mutalib Bin Abdul Manaf, yang dikenal dengan sebutan Imaam Syafi’i. Beliau lahir pada bulan Rajab tahun 150 H. Beliau bertemu dengan asal usul keturunan Rasulullah pada Abdul Muthalib dan Abdul manaf.

    Karena kepintarannya, pada umur 20 tahun sudah bisa dipercaya untuk memberikan fatwa terhadap segala permasalahan umat Islam. Hingga kini madzhabnya telah diikuti oleh banyak negara terutama di beberapa negara ASEAN. Kitab hasil karyanya terus menjadi rujukan umat Islam seperti Al-Um dan Risalah, khususnya muslimin di Indonesia.

    Imam Syafi’i adalah ulama yang amat menghargai perbedaan, tidak memaksakan kehendaknya, apalagi menganggap benar pendapatnya sendiri dan yang lain salah. Ini terbaca dari perkataannya yang mulia, “ini adalah pendapatku yang aku yakini kebenarannya, tapi bisa jadi pada kalian ada kebenaran.”

    Demikian lima peristiwa yang terjadi pada bulan Rajab yang erat kaitannya dengan sejarah umat Islam sepanjang masa di mana tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lain. Adapaun tulisan ini hanya sekedar mengingatkan untuk dijadikan pelajaran oleh kita semua.

    Wallahu A’lam bis Shawwab

    Oleh: Dudin Shobaruddin
    (Kepala Biro Kantor Berita Islam Mi’raj News Agency (MINA) Malaysia)

  • 0 komentar:

    Posting Komentar

    Copyright @ 2013 Buletin Jum'at Ar-Risalah.

    Designed by Templateism